Metode ilmiah merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah dianggap merupakan metode terbaik untuk mendapatkan
pengetahuan karena metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis,
objektif, terkontrol, dan dapat diuji, yang dilakukan melalui metode
induktif maupun deduktif. Beberapa metode lain yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan selain metode ilmiah adalah melalui intuisi,
rasionalisme, dan empiris.
Beberapa perbedaan metode ilmiah dengan non ilmiah menurut Shaugnessy
dan Zechmeister (dalam Liche Seniati, dkk, 2005:10) antara lain :
SPESIFIKASI | NON ILMIAH | ILMIAH |
Pendekatan masalah | Intuitif | Empiris |
Konsep/Teori | Ambigu dengan arti yang berlebihan | Jelas, operasional dan spesifik |
Hipotesis | Tidak dapat dibuktikan | Dapat dibuktikan |
Observasi gejala | Tidak terkontrol, seadanya | Sistematis , terkontrol |
Alat Ukur | Tidak akurat | Akurat, tepat, sesuai |
Pengukuran | Tidak Valid dan reliabel | Valid dan reliabel |
Kontrol | Tidak ada | Selalu dilakukan |
Pelaporan Hasil Penelitian | Bias, Subjektif | Tdk Bias, Objektif |
Sikap Peneliti | Apa adanya | Kritis, Skeptis, mencari bukti |
Sifat Penelitian | Tidak dapat diulang | Dapat diulang |
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata kunci dari metode
ilmiah adalah empiris, teori yang jelas, operasional dan spesifik, dapat
dibuktikan, sistematis, alat ukur disesuaikan, perhatian terhadap
validitas dan reliabilitas, objektif, sikap peneliti yang cenderung kritis dan mencari pembuktian, dan dapat diulang.
Empiris menekankan bahwa setiap pernyataan harus dapat dibuktikan.
Artinya, suatu penjelasan dianggap benar jika sesuai dengan pengalaman
atau observasi. Secara sederhana, empirisme akan selalu sesuai dengan
kenyataan karena kenyataan selalu dapat dialami dan diobservasi.
Misalnya pernyataan ”Langit Mendung Sebentar Lagi Akan Hujan”.
Pernyataan ini didasarkan pada pengalaman terdahulu yang dapat
diobservasi atau dialami semua orang.
Teori yang jelas, operasional dan spesifik artinya bahwa teori-teori
yang digunakan haruslah jelas, operasional (dapat diukur) dan spesifik.
Misalnya motivasi yang didefinisikan oleh Robbins sebagai proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai
tujuannya. Selanjutnya, motivasi ini dioperasionalisasi ke dalam lima
dimensi (misalnya : kerja keras, orientasi masa depan, tingkat cita-cita
tinggi, ketekunan, usaha untuk maju). Dari lima dimensi ini kemudian
dijelaskan lagi secara spesifik dalam bentuk indikator.
Hipotesis yang dapat dibuktikan artinya hipotesis (dugaan sementara)
yang diajukan oleh peneliti harus dapat dibuktikan melalui suatu
pengujian hipotesis yang metode / teknik nya disesuaikan dengan jenis penelitian, jenis data, dan berbagai aturan dalam pengujian hipotesis ilmiah.
Observasi yang terkontrol artinya setiap tindakan observasi yang
dilakukan terkontrol secara ketat dan sistematis. Misalnya penelitian
tentang pengaruh motivasi terhadap hasil belajar. Adanya kontrol yang
ketat ini untuk meminimalisir pengaruh variabel lain (misalnya :
Inteligensia) dengan cara memperhatikan homogenitas subjek penelitian
atau subjek diambil dengan karakteristik yang relatif homogen baik dalam
hal IQ, Usia, dll.
Alat ukur atau instrumen yang digunakan haruslah tepat. Misalnya
untuk mengukur motivasi belajar maka instrumen yang digunakan dapat
berupa angket atau lembar observasi, dll.
Perhatian terhadap validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian
ilmiah, validitas dan reliabitas merupakan pra-syarat penelitian. Salah
satu penelitian yang mengalami kritikan karena aspek validitas dan
reliabitas ini adalah penelitian mengenai Emotional Quotient oleh
Goleman. Salah satu ahli yang mengkritiknya adalah Stolzt (penggagas
teori AQ / Adversity Quotient) yang menganggap bahwa EQ tidak didasarkan pada standar pengukuran yang valid dan metode yang jelas untuk mengukurnya.
Bersikap kritis, skeptis dan mencari pembuktian. Dari sisi peneliti,
sikap kritis, skeptis dan mencari pembuktian merupakan salah satu
orientasi penelitian ilmiah. Artinya, seorang peneliti tidak boleh
menerima begitu saja penjelasan dari hasil penelitian orang lain dan
tetap mengembangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan
demikian, metode ilmiah selalu terbuka untuk menerima pendapat yang
berbeda dan setiap pendapat terbuka untuk diuji ulang. (seperti keraguan
Stolzt pada poin 6 di atas).
sumber:
http://teorionline.net/metode-ilmiah-dan-penelitian/
0 komentar:
Post a Comment